top of page

A Dance With My Father - Dance With Me My Girl

  • Jan 1, 2020
  • 5 min read

Updated: Aug 4, 2020

A Dance with My Father


Cerita hutan bakau di episode series yang lalu membawa saya pada hari ini. Semua yang ada hari ini - dibangun atas reruntuhan diri. Kemarahan. Kebencian. Kesombongan. Ketidak-mampuan untuk berdamai. Penolakan akan rahmat dan Kasih Tuhan.

Seorang anak perempuan yang pernah berpikir that she's a princess. Tapi kayaknya she was a princess atau malah dia tidak pernah menjadi seorang princess sama sekali karena pada kenyataannya ia tidak diperlukan seperti seorang princess.

Seorang anak perempuan yang menolak rahmat Allah dan menghujat Tuhannya.

Yes I was a wretch.

Setelah kejadian di hutan bakau itu, fast forward, 20 tahun dari hutan bakau itu.

Hari ini.

Begitu banyak yang saya lalui.

Begitu banyak hutan-hutan lain yang saya jalani.

Memang manusia ngga kapok-kapok dan ngga belajar-belajar ya.


So this is my story, yang terungkap dalam deretan kata-kata yang terdengar indah.

Kalau teman-teman membaca cerita ini di blog saya atau mendengarkan di podcast ini, cerita ini bukan cerita yang saya banggakan. Ini cerita tentang my failures, my falls, my sins.

Tetapi justru melalui hal yang tidak saya banggakan, saya menemukan apa yang disebut amazing grace.


Setelah hutan bakau, sampai hari ini, terkadang saya masih termenung bila mengingat kejadian itu.

Sejujurnya, ada riwayat gangguan emosi dalam keluarga saya.

I always wondering, akankah saya mengidap gangguan emosi itu? Dan satu-satunya hipotesa yang mungkin bisa menjawab apa yang terjadi dengan saya saat peristiwa hutan bakau itu adalah mungkin saat itu saya juga mengalami gangguan emosi.

Atau mungkin gangguan jiwa? Kayak cerita Shirley Mason dalam Buku berjudul Sybil yang mengalami split personality sampai 16 personality. Salah satu yang diterapi dari kondisi split personality itu adalah memory lost - jadiiiii cocok kan sama kondisi saya waktu itu?

But anyway, apapun sebabnya, proses setelah hutan bakau adalah proses yang panjang dari perjalanan keperempuanan saya.


Proses perubahan dari seorang perempuan yang mengasihani dirinya sendiri, beralih menjadi seorang perempuan yang ingin mengalahkan semua pihak, mengambil apa yang bisa ia ambil, dan peduli hanya pada 1 hal: bagaimana ia bisa bahagia.

I was transformed from desolating woman to a dominating woman yang sebenarnya adalah proses pertahanan diri yang saya lakukan, dengan kekuatan saya sendiri. When somebody who people call God was not protecting me, whom shall I depend on? Diri saya sendiri kan?


Setelah peristiwa itu saya kembali dekat dengan beberapa lelaki.

Karena saya sudah terlalu jijik dengan diri saya sendiri, menganggap tubuh ini sampah, dan percaya bahwa hidup saya tidak dikehendaki, maka saya cenderung membiarkan tubuh ini digunakan dan menggunakan. Buat saya, sudah tidak ada artinya sok-sok bermoral, menjaga kesucian kek, atau apapun namanya. Just enjoy the ride and go with the flow. Pokoknya jangan sampe hamil atau kena STD. Beres kan? Pusing amat musti begini-begitu. Tokh begini begitu tidak membawa saya pada kebahagiaan.

Saya juga menjadi orang yang sangat negative dan pahit akan segala hal. Sulit sekali memandang sesuatu dengan perspective yang baik dan berpengharapan.

Kalau saya terkesan menerima orang apa adanya, bukan karena saya punya kebesaran hati, tetapi karena saya memanage expectasi saya terhadap orang tersebut, dan berpandangan: yaahhh udah deh, emang ngga punya harapan tuh orang. Daripada sebel sendiri, terima ajalah. Terutama ini sikap saya pada makhluk yang bernama: laki-laki.

Saya menjadi seorang feminis dengan mental dan cara pandang menggunakan, karena buat saya, hidup ini semua cuma itung-itungan, kalau saya ngga pakai, ya saya akan dipakai. Simple kan?


Waktu peristiwa itu terjadi, saya sudah aktif di kegiatan rohani, sering diminta membantu sebagai worship leader juga karena kemampuan saya bernyanyi.

Yesss... saya marah sama Tuhan, tapi memerlukan aktuliasasi diri dan teman-teman yang ada di pelayanan juga untuk menemani saya. Karena prinsip saya memang menggunakan, yaaaa kalau pelayanan bisa membuat hidup saya mendingan, ya kenapa juga kalau saya sok-sok rohani?

Hal ini mengajarkan saya, tidak semua orang yang kelihatan demikian suci, berdiri di depan seakan-akan dia paling suci, benar-benar ada dalam kondisi yang suci atau 'rohani'. Kita tidak pernah tahu apa yang berkecamuk dalam hari atau apa yang sedang ia gumuli dalam hidupnya.

Sampai ada satu masa, saya membaca dua buku sekuler yang membawa saya pada keputusan, bahwa saya akan mencoba berubah. Keputusan untuk nergantung pada kekuatan sendiri, membenci dan menjauh dari rahmat Allah, sebenarnya membuat saya justru makin melemah – tetapi saya tidak pernah menyadarinya atau... saya menyadarinya tetapi terlalu gengsi untuk mengakuinya.

Masak udah bilang mau ke neraka aja ehhh... balik lagi minta baekan?

Tidak semudah itu Ferguzoooo!

Tetapi Allah Tuhan pencipta saya, yang menenun saya di dalam rahim mama saya tampaknya mengenal saya lebih daripada saya mengenal diri saya sendiri, sehingg Ia menggunakan 2 buku sekuler yang bisa dibilang kedua buku itu adalah buku yang dijiwai oleh pesan-pesan Moeslim dan New Age.

Yess... Tuhan menggunakan kedua buku tersebut untuk menarik saya perlahan untuk kembali kepadaNya.

Baby step yang saya putuskan akan saya ambil setelah membaca kedua buku tersebut adalah keputusan untuk tidak mengeluh/complain. Paling tidak dari mulut ini tidak keluar kata-kata complain atau negative yang terdengar oleh telinga saya sendiri dan masuk kembali ke otak saya dan meng-edukasi otak saya dengan masukan-masukan yang negatif itu.

Yeppp itu hal kecil pertama yang saya lakukan dan saya paksakan menjadi habit saya.

Lainnya sih jalan terus. Ngga ada yang berubah. Tetep berontak, seenaknya sendiri, dan tidak memperhatikan kepentingan orang lain.


But you will be amazed on how God worked through that tiny opportunity to change. Saya melakukan very slow and tiny baby step tapi Tuhan tidak mempedulikan penolakan, hujatan, dan kesengajaan saya melakukan dosa.

Sebaliknya Ia terus merahmati saya dengan kekuatan untuk mau terus melakukan that baby steps dengan setia. Melalui pengalaman ini, saya mulai mengerti pada sebuah statement yang pernah saya dengar, bahwa Ia adalah Allah yang tergila-gila untuk mencintai anak-anakNya.

Amazing grace membawa saya pada penyadaran bahwa selama ini saya lebih memilih untuk menelan kebohongan-kebohongan yang ditaburkan pihak musuh.

Kebohongan yang membuat saya hampir kehilangan hidup saya. Kebohongan yang membawa saya pada keputusan untuk memilih neraka daripada surga.

Kehancuran dan ketidak berdayaan  inilahlah yang membuat saya ingin membagikannya untuk sahabat perempuan di luar sana.

Rahmat dan belas kasih Allah lah yang menarik saya demikian kuat. Allah yang dengan sabar menunggu. Allah yang dengan kebesaran hatiNya menerima caci maki dan hujatan saya. Allah yang terus memberikan tanda-tanda melalui sekeliling saya, bahwa saya dikasihi. Allah yang dengan kasihNya tetap diam di sana, menunggu, tidak memaksa, sampai saya dengan kehendak bebas saya memutuskan untuk kembali ke pelukanNya. Allah yang selalu menjadi Bapa yang mengulurkan tanganNya dan berkata…: “Come dance with Me – you will be just fine with Me.

Trust Me to take the lead and I will make you dance so beautifully – like you never did before my dear Princess.”

Yes He is our Father who has an extraordinary mercy. He is a Father who only know how to love.

If you feel you never loved before, try Him.

Call the name of Jesus.

What ever your condition right now, keep calling Him, ask Him to show Himself to you. Kalau Saya saja, yang telah begitu banyak berbuat dosa, bahkan menghujat Allah diampuni dan diberi kesempatan kedua, ketiga, keempat, dan ke sekian kalinya, Saya percaya Allah yang sama akan memelukmu erat-erat.

Enjoy your dance with our Father Princess!

Great is Your faithfulness oh God You wrestle with the sinner’s heart You lead us by still waters in to mercy And nothing can keep us apart May God Almighty who has taught me so many things through my vulnerability and mistakes - grand us with His grace and mercy, to make us a better woman every day.


Sayup-sayup seperti terdengar lagu Tales from the Vienna Woods – my favorite waltz song. What ever happen in life I wanna keep dancing with You Father.

Sometimes I dance on the green pasture but many times I (or we) have to dance on the valley and the shadow of death.

Or dancing in the rain.

Or dancing in the storm.

But I know for sure, You will lead my steps, You will hold my hands and if people say that my life is blessed and beautiful - it's because my eyes are looking at You when we dance. I know I will be good, everything will be ok - in Your loving arms.



The end.

Comments


© 2020 by LiaBrasali.

bottom of page