top of page

MY INFERTILITY. MY CROSS. MY RESURRECTION.

  • Feb 26, 2020
  • 4 min read

Suddenly I feel the urge to write about my infertility.


Banyak orang yang mengatakan kekaguman mereka karena kami sebagai pasangan yang tidak punya anak bisa terlihat bahagia.

The truth is: yes we are happy.

Tetapi buat Saya pribadi sebagai seorang perempuan, untuk sampai pada hari ini – Saya menyadari, itu adalah perjalanan Rahmat Tuhan.

Ada masa di mana Saya mempertanyakan kenapa. Kenapa ada seorang perempuan di luar sana yang Saya tahu sudah beberapa kali aborsi, tetapi bisa mendapatkan anak? Kenapa ada seorang perempuan di luar sana yang juga sudah hamil sebelum nikah, lalu memberikan anaknya kepada orang lain (Thank God!), juga dengan mudahnya hamil dan beranak pinak? Kenapa ada seseorang yang tidak dalam kehidupan yang benar, dengan mudahnya juga hamil.

Sedangkan Saya?


ree
My body. A barren land?

Saya mendampingi Suami Saya melayani Tuhan.

It’s been more than 28 years (for hubby) and 25 years (for me) years of our commitment to serve God.

Saya ngga bermaksud menyombongkan beberapa tahun Kami ada dalam pelayanan, tetapi ini justru menjadi alasan kuat Saya bertanya KENAPA?

After all these years? What did I do wrong? Why You have to humiliate me, and I can’t be fruitful at the core of my calling as a woman? Kenapa Saya harus menangis saat orang tua Saya juga dipermalukan karena kemandulan Saya? Kenapa Saya tidak diberikan kesempatan memberikan mertua Saya cucu dari anak mereka satu-satunya? Kenapa bahkan Engkau sendiri merelakan diriMu dipermalukan karena ada suara yang berkata: “Lihat tuh udah pelayanan buat Tuhan dan selalu bilang untuk percaya sama Tuhan, tetap aja Tuhan ngga percaya kasih anak ke mereka…”

Don’t worry, that happened to us. And even tough I feel so blessed karena Saya merasa telah melewati itu, saat seperti detik ini, saat Saya menuliskan dan meningat kembali, masih terasa seperti ada yang linu dan membuat Saya mulai memproduksi mucus berlebihan hahaha


Tetapi pengalaman kemandulan ini, membawa Saya pada pengertian yang indah mengalami God’s grace. Hari ini Saya bersuka cita karena pernah dan terus mengalami pertanyaan-pertanyaan di atas.

Sampai kapanpun pertanyaan dari sekitar kita tidak pernah selesai.

Bahkan ada lontaran yang Saya tahu itu Cuma cara mereka untuk menyemangati juga bisa melukai. Seperti waktu Saya ditahun ke 5, ada hiburan yang dilontarkan: “Ngga apa… ada Saudara Saya sudah nikah 10 tahun kemudian hamil.”

Setelah nikah 10 tahun, ada yang mengatakan 15 tahun… dstnya… let see sampe berapa tahun kemudian orang tidak menggunakan contoh ini. Tetapi Saya hari ini mengingat semua itu dan tersenyum. Ada kegembiraan yang melonjak setiap kali Saya mendengar ada kehamilan baru yang terjadi di sekeliling Saya. Biarpun jujurnya untuk beberapa orang tertentu, Saya masih bertanya, after what she’s done, she can pregnant and I can’t? But anyway, it is just me and my 'sirik' attitude yang harus dimurnikan.


Hari ini Saya Cuma mau merayakan apa yang Tuhan terus buktikan. KesetiaanNya.

KemurahanNya.

Berkat-berkatnya. Mertua yang selalu mendukung pernikahan kami. My parents yang selalu mementingkan kebahagiaan kami daripada status punya cucu buat mereka.

Buat Saya sebagai perempuan sikap suami yang terus melihat Saya begitu ‘subur’ dan terus berusaha membahagiakan Saya rasanya sudah cukup untuk membuat Saya berhenti bertanya kenapa.

Most of all… Ladang pelayanan, tanah yang memberikan kesempatan buat Kami berdua untuk berbuah. Mungkin tidak dalam bentuk manusia atau anak biologis, tetapi berupa jiwa-jiwa orang muda yang mengalami perjumpaan dengan Yesus, yang memberi kekuatan pada Saya untuk melalui semua ini.


It’s a Lent season. It’s not only the time for repentance.

For me it is also the time to understand once again about the cross. One thing for sure, if you carry your weakness, addiction, problem, and in my case - my infertility to the cross, mempersatukan itu dengan penderitaan Yesus, dan tahu dengan sungguh bahwa tidak ada satupun yang mustahil saat kita membawa semua itu pada Yesus yang menembus segala kelemahan, dosa, dan gagal subur, Saya percaya di hari ke-3 atau di waktu Tuhan kita akan bangkit bersama Tuhan dan mengalami kemenangan bersama dengan Tuhan.


ree

Children is not our right.

It’s God’s given precious gift.

If you have that gift, be joyful and take it as ‘holy’ responsibility. But if you haven’t or can’t have that gift. Be joyful as well. That means the world is waiting for you dan kita akan melihat buah kehidupan yang hadir dari misi dan pemberian diri kita bagi sesama.


On my case. This body is fail to be fertile.

Human can judge and humiliate me (like I judge other people with that why questions). But I know, it’s our privilege to experience and walk the journey with unending hope to God (HAAAAA… that unending hope makes me understand why Sara laugh when she heard that she will be pregnant).

I took it as the cross.

With the grace of God I tried to be faithful. And if you see joy of my infertility today, it comes from the cross and the power of God’s love who raise me from my self pity and why questions.

This joy is my resurrection. This joy is because of Jesus.


For this child I prayed and I can smile today that the journey give us so many child not only in our home, but in so many places around the world.

With that in mind, how I cannot be joyful?


(LbA)

Comments


© 2020 by LiaBrasali.

bottom of page